Scoupe Kerja Stress Analys Engineer

Di artikel sebelumnya, Tugas Piping Stress Analysis, telah di sebutkan bawah tugas dari seorang stress engineer adalah memastikan bawah suatu system perpipaan aman. Oleh karenanya ia akan menganalisa pada satu sistem pemipaan, apakah system tersebut telah cukup flexible dalam menyerap tegangan yang diakibatkan oleh perubahan thermal.

Namun, dewasa ini setelah tehnologi meningkat. Tugas dari piping stress enginer tidak hanya sebatas mengecek ke flexible-an dari sebuah system. Kalau hanya mengejar sisi flexible itu relative mudah, kalau nilai stress nya tidak sesuai, tinggal rooting ulang saja. Namun apakah selesai sampai disitu? Apakah dengan itu tidak menyebakan mahalnya biaya, tidak amanya sistem atau bisa jadi terjadi pressure drop.

Dewasa ini, kegagalan akibat sisi flexibilitas sudah mulai jarang. Karena designer pun sudah mulai memahami bagian bagian mana saja dalam pemipaan yang perlu untuk memberikan ruang untuk flexibility. Disamping itu, kaidah kaidah dasar untuk stress pipa sudah sering di trainingkan, hanya tinggal menunggu hasil resmi dari tim stress yang berupa isometrik sketch. Hal justru harus di pertimbangakan bukan lagi flexibilitas, justru yang sering terjadi adalah kegagalan akibat vibrasi, thermal bowing, retakan, steam/water hammer, expansion joint dan lain sebagainya.

Oleh karenanya stress engineer dituntut untuk lebih bisa mengakomodir kesemuanya itu. Untuk memahami apa saja yang menjadi pertimbangan stress engineer dalam kalkulasi,mari kita lihat gambar di bawah.

Stress Analys Scoup Of Work

Kita mulai system yang paling sederhana, fluida akan di alirkan dari Tank ke vessel. Pertama di tank, tank akan mengalami settlement. Apa itu settlement? dengan berjalannya waktu, tank yang diisi fluida akan lama kelamaan turun permukaan tanahnya, itulah settlement.

Kemudian tank juga akan mengalami hydrostatic bulge, dengan bahasa sederhana melembung, tank bagian bawah ukurannya akan mengembang melebihin ukuran awalnya. Hal ini mengakibatkan nozzle akan berputar (torsion).

Masalah kedua adalah pada flange dan valvenya. Apakah dapat terjaga kekencangan sambungan flange tersebut dalam keaadaan pipa yang terkena gaya dan moment? Dapatkan si valve tersebut beroperasi sempurna? Apakah ia tidak mengalami kebocoran?

Selanjutnya, karena pipa tersebut cukup panjang. Setiap bagian pipa akan mendorong kearah lateral (searah dengan garis pipa) dan dapat menyebabkan bowing pada ujung pipa. Hal ini dapat menyebabkan masalah serius dan perlu dipertimbangakn dengan baik.

Lalu ketika pipa conect dengan rottating ekuipment sekelas pompa, tengangan pipa harus dapat di jaga agar tidak melebihi tengangan yang diijinkan oleh pompa, yang berpotensi menyebabkan kebocoron, vibrasi yang belebihan, atau overheating. Belum lagi pipa yang conect dengan rottating ekuipment, sering kali mengalami water hammer, pulsation atau fenomena dinamis lainya.

Kemudian, kalau si pipa itu mengunakan spring hanger sebagai supportnya. Pertimbangan gaya dan beban awal pada spring hanger itu harus diperhatikan dengan matang, belum lagi masalah harga dan pemesanan spring hanger ini tidak instant, butuh inden paling tidak 6 bulan.

Dan masalah yang sama ketika kembali konek dengan flange. Mampukan flesibilitas tersebut dapat di jaga sehingga tidak menyebabkan fail pada nozzle vertical vessel. Setelah semua komponen tersebut menyatu, pertimbangan lain sperti gempa atau angin, perlu di perhatikan agar system tersebut benar benar aman.

Itulah beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh stress engineer ketika melakukan kalkulasi. Walaupun cukup sederhana, gambaran di atas sudah cukup mewakili tentang apa saja yang perlu diperhatikan dan dihitung oleh stress analys.

0 Response to "Scoupe Kerja Stress Analys Engineer"

Post a Comment