Anda tau, bagaimana tolak ukur suatu negara menjadi negara maju? yaitu jumlah insinyurnya. Suka atau tidak, negara akan dinilai dari berapa banyak industri yang terdapat di dalamnya. Dan roda penggerak industri tersebut adalah insinyur.
Coba kita lihat, China bisa maju karena pertumbuhan insinyur di sana sangat pesat. Lihat Korea, Jepang, Rusia, Amerika mereka berkembang pesat karena jumlah insinyur. Tolak ukurnya sederhana, lihat jumlah orang yang berdiri di parelement atau pemerintahannya. Lihat china, lebih dari 50 persen pemerintahhanya di jabat oleh insinyur.
Karena pendidikan S1 jumlah nya lebih rendah, maka yang terjadi bisa kita lihat di kehidupan sehari hari. orang make jalan se enaknya, ga mau ngantri, lewat jalan yang salah. Padahal kalau di survei, yang melalukan itu adalah orang orang yang kuliah. Ko bisa ya yang kuliah mengikuti orang yang pendidikannya lebih rendah?
Bukannya kita harus memberikan contoh yang baik kepada saudara saudara kita yang memang pendidikannya tidak lebih tinggi. Tapi kenyataanya seperti itu. Buka men judge si sebenarnya, cuma mengingatkan saja, terutama mengingatkan pada diri saya sendiri agar kita bisa menjadi contoh.
Apa bedanya Insinyur dengan dokter, atau akuntan?
klo dokter ada IDI, kalau akuntan ada lembaganya dan insinyur dengan PII. Bedanya dengan mereka, misalnya kedokteran, ia hanya satu bidang yaitu kesehatan. Tapi di industri? terutama insinyur, bidangnya sangat luas ia bisa berpindah pindah. Contoh, ia lulusan sipil tapi karena pekerjaan nya di piping, atau mesin, tidak masalah selama ia mau belajar dan itu akan jadi kompentensinya.Misal lagi, di samping ada kehutanan. Suatu saat hutan di indonesia habis, bisa jadi kejuruan tersebut di hapus karena sudah tidak ada hutan lagi, untuk apa mempelajari mengenai hutan? karena sudah tidak ada. Misal ya, itu permisalan.
Tanggung Jawab Insinyur
Sekarang mengenai tanggung jawab, bedanya dokter dengan insinyur adalah terletak pada tanggung jawab nya. Misalnya dan contoh extream nya, Se orang dokter meng oprasi pasien dan kemudian tanpa di ketahui ia melakukan kesalahan dan akhir nya pasien itu meninggal. Di tuduh mal praktek? tidak juga selama sesuai prosedural. Lalu bagaimana? ya tanggung jawabnya bisa saja di lempar ke atas, ini sudah kehendak Tuhan, sudah takdirnya meninggal.Kalau insinyur, misalnya ia banggun jembatan dan tiba tiba jembatan itu roboh. Bisa menyalahakan tuhan? oh jembatan ini roboh karena sudah takdi?! bisa bisa kita di kroyok masa.. haha.
Sederhananya, kita punya tanggung jawab lebih, tidak hanya semudah itu. kita harus mempertimbangkan setiap keputusannya. Tentunya dengan dasar ketehnikan. Seperti saya cerita di artikel sebelumnya mengenai Persatuan Insinyur Indonesia, seseorang yang sampai dengan level tertentu akan mengambil keputusan, ia harus lah seorang insinyur yang qualified. Bukan seorang yang ngaku ngaku, yang akibatnya bisa fatal bagi kita semua.
Regulasi Insinyur dua tahun kedepan
Oleh karena itu, pemerintah melalui persatuan insinyur indoneisa berencana memberikan kualifikasi ke insinyuran dan ploting peta ke insinyuran selama 2 tahun ke depan. Tujuaanya, setelah 2 tahun kedepan, orang yang mengambil keputusan tehnik haruslah seorang insinyur, bukan seorang insinyur maka tanda tanganya tidak laku alias ia tidak boleh mengambil keputusan teknis. Kalau masih seperti tu, pidana!Sisi baik memang buat kita, tentunya yang memiliki kualifikasi sebagai insinyur dan telah menjabat posisi tertentu. Lalu, bagi yang belum memiliki sertifikat ke insinyuran lalu bagaimana? ya ndaftar toh, masa nunggu gitu aja? tinggal ndaftar, mumpung 2 tahun ini lagi pembenahan, bisa jadi syarat akan lebih mudah. Kalau nanti benar benar sudah matang, tidak menutup kemungkinan syarat pun akan tidak mudah lagi.
.
0 Response to "Bangga Sebagai Seorang Insinyur"
Post a Comment