WI S3D : Menambahkan Komponen Lain di Sekitar Item

Saya punya satu item, misalnya Valve di SP3D, namun saya mau lihat ada apa saja di sekitar valve tersebut tanpa membuat filter baru. Bisa kah SP3D melakukan update view, tanpa harus mengulang membuat filter? saya akan sedikit share mengenai Menambahkan Komponent di S3D. 

Pada dasarnya, trik ini mengunakan satu tools ajaib yang namanya automation tools. Kalau memang teman teman belum ada itemnya, mungkin bisa di instalkan oleh tim ITnya masih masing project. 

 
Add WorkSpace by Range SP3D

Sebagai contoh, saya ingin menampilkan item atau komponen lain di sekitar pipa tanda satu di atas. Karena kita lihat, saya hanya menampilkan satu sistem di SP3D dengan filter yang saya buat. Gimana caranya agar structural atau Komponen lain di sekitar itu bisa muncul?

Cara untuk menambahkan komponen/ item di SP3D

  1. Buka automation tools dengan klik shift 3x secara cepat
  2. nanti akan ada toolbar baru yang muncul, bentuknya panjang setinggi layar.
  3. Lihat gambar kertas bertanda plus, letaknya paling atas tenggah.
  4. Nama icon nya adalah "add to work space by range", akan muncul pop up baru
  5. Pilih X,Y,Z. Yaitu berapa jarak kekanan kiri dan atas dari item yang mau di munculkan (6)
  6. Pilih Selected (3)
  7. Pilih disiplin nya (4)
  8. Kemudian Apply (7)
Mudahkan. dengan cara seperti ini, kita tidak perlu bolah balik mengunakan filter.

Ada sedikit catatan, ketika memilih disiplin (nomer tiga dan empat di gambar). Pastikan memilih satu atau dua disiplin, jangan di pilih All. Karena kalau di pilih all, semua item yang ada di SP3D akan keluar, misalnya box untuk extraction juga akan keluar. Dan hal itu akan sangat menggangu sekali. jadi pilih lah hanya item terbatas di disiplin nya, dan pastikan tanda (3) di pilih di check box "selected".
Menambahkan Komponen lain di S3D

Hasilnya, akan seperti di atas. Terlihat bedanya kan? semua structure di sekitaran pipa (1) keluar semua. dari sini kita bisa meng ira ira support nya akan di pasang di mana? atau paling tidak bisa kita lihat pipa nya clash atau tidak. Semoga Working Instruction SP3D untuk menambahkan komponen lain bisa di mengerti

PSV Prinsip Kerja Pressure Safety Valve

Pressure Safety Valvae, atau yang lebih di kenal dengan PSV adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pengaman ketika terjadi over pressure dalam sebuah aliran. 

Apa itu over pressure? dan kenapa perlu PSV?

over pressure adalah keadan dimana di dalam sebuah pipa, atau vessel, terjadi tekanan yang berlebih di dalamnya. akibatnya? yang namanya berlebihan, tentu tidak baik dan dapat menjadikan sistem tersebut itu fail, rusak atau tidak sesuai dengan requirement. 

Pressure Safety Valve
Analoginya seperti ini. Pernah meniup balon? kita analogikan balon sebagai alat atau sistem, yang dimana kalau kita tiup berarti kita memberikan tenan ke dalam balon yang akibatnya balon tersebut bisa mengembang dan akirnya lama kelamaan akan membesar. kalau sudah membesar kemudian kita tiup dan tiup lagi, apa yang terjadi? semakin membesar dan akhirnya dapat kita tebak yaitu pecah. 

Kalau sekedar pecah balon nya tidak masalah toh kita bisa beli lagi misalnya. tapi kalau kita cuma punya satu satu nya balon?! itu bisa di katakan kita mengalami fail, kegagalan karena apa yang kita punya jadi rusak. Kalau cuma rusak misal nya tidak jadi masalah bagi kita, apakah akan merugikan orang? bisa jadi merugikan. Minimal orang meniup nya bibirnya jontoh atau terkena ledakan dari balon.

Contoh balon yang di tiup sampai meledak adalah contoh dari over pressure yang tidak di kendalikan. Untuk mengendalikan over pressure tersebut, dalam dunia oil and gas maka kita mengenai alat namanya pressure safety valve, yang namanya PSV ini.

Open System dan Close System dalam PSV

Seperti di sebutkan sebelumnya, kalau pressure yang berlebihan akan mengakibatkan fail. Maka cara paling aman adalah mengurangi pressure nya di dalam sistem tersebut. Berbicara mengenai sistem di sini maksudnya adalah sistem pipa, atau equipment yang dalam hal ini sekelas vessel. kenapa di sebut sistem dalam pemipaan? karena PSV biasanya di letakan di jalur pipa critical yang perlu untuk di hitung oleh stress analysis, maka satu jalur pemipaan itu yang terdiri dari beberapa routing pipa, oleh tim stress analysis di kenal dengan nama system.

Kembali ke pressure yang di buang. Pressure atau tekanan yang di buang tersebut akan di kemanakan? oleh karenanya kita akan mengenal namanya dua sistem, yaitu open system dan close system.

Pressure Safety Valve
Open system adalah kondisi dimana over pressure akan di buang ke luar sistem, biasanya ke atmosfer yaitu udara luar. Sesuai namanya yaitu open, maka pressure tersebut akan di lepas keluar sistem pipanya.

Kebalikan dengan open system, over pressure di PSV dengan sistem close akan membuang pressure tersebut ke dalam sistem lagi. Kadang tidak langsung ke dalam sistem tersebut melainkan di kumpulkan ke satu sistem outlet PSV yang kemudian di alirkan ke drain. kenapa tidak ke dalam sistem dimana terdapat PSVnya? karena percuma kita buang kalau kita masukan lagi ke dalam sistem tersebut, berarti cuma mutar muter saja. 

Contoh seperti gambar di atas, yang warna merah adalah hasil output dari PSV, semua nya di kumpulkan jadi satu (bisa di lihat yang kiri masuk ke pipa yang merah juga) sub header, kemudian nanti akan di masukan ke dalam drain atau di kumpulkan satu wadah tertentu. 

Prinsip Kerja PSV

Secara sederhana, prinsip dari PSV adalah mengkonfersi tekanan di dalam sistem dengan spring pada PSV. Kalau tekanan tersebut berada di bawah tahanan spring, maka si spring akan menahannya. Begitu pula sebaliknya, kalau tekanannya sudah melebihi atau bahkan lebih besar, maka spring tersebut tidak kuat menahan dan akhir nya melepaskan pressure nya. tekanan di spring untuk menahan berapa besar yang di ijinkan oleh sistem (yang nantinya menyebabkan release atau terbukannya PSV) ini namanya adalah set pressure. Setelah pressure tersebut berkurang otomatis nilai nya ada di bawah tahanan spring, yang menyebabkan spring akan menutup kembali SPVnya. 

Kita dapat mengatur besar tahanan dari spring ini dengan menyesuaikan adjustable ring pada PSV. Prinsipnya seperti shockbreaker di sepeda motor, kalau kurang kencang bisa di naik kan atau turunkan spring nya. 

Bagian bagian PSV

Bagian Bagian PSV

Secara prinsip, ada beberapa bagian utama dari PSV meliputi Nozzle, Spring, Disk. Bagian bagian tersebut memiliki fungsi seperti yang telah di sebutkan sebelumnya. Ada beberapa part lain yang juga memiliki fungsi penting dalam PSV seperti adjustable screw yang berfungsi sebagai pengatur tekanana pada spring nya. Kemudian bagian bagian laih seperti di bawah ini 

Hal yang menarik, PSV flange ini berbeda dengan flange standard terutama pada inletnya. biasanya tebal nya lebih besar dari ukuran flange sekelasnya. Apa pengaruh tebal flange yang tidak standard ini? yaitu pengaruh yang signifikan terhadap designer adalah kebutuhan material nya, yaitu panjang bolt nya. tentu panjang bolting nya menyesuaikan tebal dari PSV inlet ini.

Perbedaan PSV dan PRV

Ada PSV dan ada pula yang namanya PRV, yaitu Pressure Relief Valves (PRV). fungsinya sama sama menstabilkan tekanan yang berlebih di dalam sistem pemipaan atau equipment. Yang membedakan hanya proses untuk me release tekanan. Pada PSV tekanan yang berlebih di lepaskan secara sudden, yaitu tiba tiba dan cepat. Biasnya ada suara pop yang cukup nyaring yang menandakan PSV itu sedang bekerja.

Berbeda dengan PRV, ia membuka secara proporsional dan perlahan lahan sampai tekanan dalam sistemnya kembali normal. Jadi yang membedakan PSV dan PRV, yaitu cara mengeluarkannya, yang satu dengan cepat dan yang satu perlahan-lahan lagi proporsional. 
 

Perhitungan PSV oleh Stress Analysis

Secara umum sistem yang memiliki SPV di dalamnya akan di hitung kekuatannya oleh tim stress analysis. ada beberapa pertimbangan sebagai dasar perhitungan, yaitu kekuatan pipa nya, support nya termasuk pula apakah nanti ada kebocoran atau tidak di flange nya. Kesemuanya bisa di lihat dan di simulasikan mengunakan pendekatan sofware cesar II, sofware yang digunakan oleh tim stress analysis. 

PSV oleh Stress Analysis

Perhitungan yang standard adalah karena sistem ini mengeluarkan tekanan, artinya ada yang terdorong saat psv ini me release pressure. daya dorong ini yang nantinya akan di hitung dan di konfersi menjadi support. supportnya akan menjadi seperti apa? apakah cukup resting aja atau ada perlu guide dan stopper kah?. kemudian kalau hanya resting, resting seperti apa yang bisa di gunakan, apakah hanya shoe biasa di bagian pipa horisontalnya, mengunakan stool atau perlu dummy dengan sliding plate.

Sepengetahuan saya, di project yang pernah saya kerjakan ada tools lain yaitu mengunakan spread sheet untuk menghitung kekuatan dari dummy nya. kenapa? karena dummy yang terlalu pajang, akan mengakibatkan dummy tersebut fail atau gaya yang di hasilkan tidak ter absorb dengan baik. kalau mengunakan dummy, baiknya sependek mungkin. 

Permodelan PSV

Dalam permodelan PSV, baik SP3D ataupun E3D memiliki pendekatan berbeda untuk item yang digunakan untuk memodelakn PSV. Untuk E3D biasanya tinggal minta ke admin nya, maka ia akan memprovide untuk catalog nya. sedangkan untuk SP3D, bisa mengunakan pendekatan item general yang kita rubah parameternya. biasanya untuk size kecil bisa mengunakan IRVT34, sedangkan size besar bisa mengunakan IRVT14. 

Permodelan PSV di SP3D


Terminologi dalam PSV

Operating Pressure (working Pressure)
adalah temperature gauge untuk pressure dalam kondisi normal dimana sistem berkerja

Set Pressure 
adalah kondisi pressure gauge dimana yang menyebabkan PSV bekerja. atau secara sederhanaya kondisi dimana batas overpressure dalam sistem (untuk PSV)

Tes Pressure
adalah kondisi sistem pada saat akan di test mengunakan hidro test atau pneumatic test

Flow area
adalah area yang digunakan untuk mengukur berapa kapasitas flow dari PSV tanpa halangan. ini merupakan perbandingan luasan inlet dan outlet dari PSV.

Semoga artikel sederhana ini bisa menambah sedikit pengetahuan mengenai PSV, terutama untuk Prinsip Kerja Pressure Safety Valve

WI E3D : Membackup DBlist Model Aveva E3D

Backup file dan restore adalah hal yang penting dimodeling, itu sama artinya seperti kita save file dan kemudian membukannya kembali. Di aveva E3D, menawarkan kemudahan untuk  membackup file atau model dari E3D dengan DBlisting.

Dengan DBlisting, kita bisa menyimpan file dan kemudian kita ambil lagi di lain kesempatan. Dengan sistem ini, maka kita bisa dengan mudah untuk mengambil beberapa model dari project sebelumnya tanpa harus meng create ulang dari awal. Misal, kita mau ambil sebuah vessel yang ukurannya sama di project yang lama untuk di gunakan di project ini. kita tinggal DBlist Vessel di project lama, simple dan mudah.

Dengan DBlist baik Aveva PDMS atau E3D, kita memungkinkan mengunakan file dari orang lain. misalnya lagi kita membutuhkan gambar orang atau operator yang sedang meng operasikan, kita bisa cari file nya di forum forum E3D, bahkan di google pun juga banyak bertebaran. Kita juga bisa membuat mobil, crane, forklift tanpa harus memodelkannya dari primitif.

Syarat Backup DBlisting Aveva

DBlist E3D tidak terlihat

Ada satu syarat untuk DB list ini, yaitu catalog dan specification nya harus sama sama ada. Kalau Cat&Spec itu tidak ada di project yang sedang kamu kerjakan, maka tidak bisa di DBlist. Mungkin bisa, tapi nanti item nya hanya akan keluar garis (seperti contoh gambar di samping)

Pengalaman saya ketika saya mencoba untuk mem backup Model Structural di E3D, dari satu project ke project lain. Setelah di backup, ternyata stucture yang muncul hanya sebuah Garis, itu tanda kalau di project yang baru belum tersedia cat&Spec nya. Solusinya? ya di DBlist juga cat&Spect nya dari project lama.

Yang kedua, masalah nama. Seperti yang saya jelaskan di perbandingan integrap SP3D dengan Aveva E3D kalau di E3D tidak boleh mengunakan nama double. Maka kalau ada nama yang sama, ia akan memunculkan file error. Jadi pastikan nama file yang akan di DBlist belum ada di project mu

File DBlist

File DBlisting di E3D itu simpel ko, cuma sebuah notepad. Karena simple nya itu, kita bisa memodifikasi sesuai yang kitabutuhkan. Misal di case sebelumnya kita memiliki kendala mengenai nama, jadi tinggal di rename aja nama di dalam DBlist, baru kemudian kita save dan masukan ke E3D.

Cara DBlist atau Backup

Sekarang ke masalah inti, bagaimana cara kita membackup file Aveva E3D melalui DBlist.
DBlist E3D di toolbar

Step nya adalah :

  1. Masuk ke Tab Manage
  2. Ke Group History
  3. Pilih DBlist
Setelah Masuk DBlist, akan keluar Popup Baru. Stepnya :
  1. Pastikan Krusor berada di Hirarki Item yang di pilih
  2. Pilih ADD, Current Element
  3. Pilih New FILE
  4. Masukan Directory File nya (lokasi penyimpanan)
  5. Kemudian Apply
Seting DBlist Backup di E3D

Harap di ingat, step terakhir yang paling penting. Yaitu klik APPLY. soalnya kadang saya sendiri suka lupa belum di apply, jadi file nya belum masuk atau belum tersimpang. Bahanyanya, kalau buru buru di delete tapi belum di apply. jadi hati hati.

Tapi tenang, di E3D sistem save nya manual, kalau lupa belum di DBlist tapi sudah terlanjur di delete, bisa di undo atau ditutup saja file nya. Jadi ia belum tersimpan di server. Sekitan metode sederhana membackup file E3D dengan DBlisting.

Flat Turn and Change Elevation Turn Design

Apakah flat trun itu? dan kenapa di beberapa spect tidak memperbolehkan flat turn?

Sebelum membahas mengenai flat turn, maka kita harus tau dahulu apa yang di masuk dengan flat trun. flat turn adalah kondisi routing pipa dimana setelah elbow, elevasinya masih tetap sama. Kalau kita melihat belokan secara umum di loop pipa, atau belokan pada umumnya, maka biasanya ia adalah flat turn. yaitu kondisi dimana elevasinya tetap sama. 

Kondisi lain kita kenal dengan nama change elevation turn. Dimana setelah belokan ia posisi nya berubah elevasi atau ketingian pipanya. tanda yang paling umum adalah ketika ia belok mengunakan elbow lebih dari satu, maka itu adalah kondisi change elevation turn. Lalu apakah kelebihan dan kekurangannya dari kedua kondisi tersebut?

Flat Turn Design

Ada beberapa kelebihan flat turn ini di banding kondisi change elevation turn pada design. Yaitu :

  1. Flat trun lebih ekonomis
  2. Support Lebih Mudah
  3. Tidak ada Pressure Drop

Karena Flat turn hanya mengunakan satu elbow, maka ia lebih ekonomis dalam routing maupun pengelasan, lebih murah karena dari jumlah elbownya saja sudah terlihat. Kemudian sisi yang lain adalah peletakan dan penempatan support jauh lebih mudah.


Change Elevation Turn Design

Berlawanan dengan flat turn, maka change elevation adalah ketika ia berbelok, maka elevasinya harus di ganti. kenapa harus di ganti? karena ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan. diantara nya adalah :

1. Cocok digunakan untuk routing pipa yang crowded
2. Tidak Menghalagi pipa lain yang akan menyebrang (blocking)

Change elevation trun ini adalah metode yang cocok manakala pipa yang di susun itu banyak sekali ber sliweran. terutama untuk pipa pipa di deck atau sekelas offshore dimana tidak punya cukup ruang untuk merouting. Karena keterbatasan ruang, maka kita harus memaksimalkan routing.

Flat Turn Blocking Akses

Sekarang study case, misal kita punya sebuah routing yang mengunakan flat turn seperti gambar di atas. yaitu sebuah kondisi ketika pipa belok masih dalam satu ketinggian. Permasahannya ada satu pipa dari EW, dari timur mau ke barat (yang berwarna merah) ia akan tertahan oleh pipa lain. Otomatis apa yang terjadi? pipa merah mau tidak mau harus di turunkan elevasinya agar bisa lewat (menyebrangi) kumpulan pipa yang mengunakan flat turn. Jadi secara tidak langsung, routing mengunakan flat trun ini berpotensi untuk blocking akeses pipa lain nya yang mau lewat. 

Kalau metodenya kita ganti menjadi change elevation turn, maka setiap pipa yang berbelok, maka ia harus berubah elevasinya. entah lebih tinggi atau lebih rendah. karena berbeda elevasi antara utara selatan dengan timur dan barat, maka pipa tidak akan saling bertabrakan karena yang satu di atas, dan yang lain di bawah. contoh case seperti di bawah, dimana pipa yang North South berada di elevasi bawah, sedangkan East West berada di atas. Ketika pipa yang EW (yang di beri tanda panah merah) melewati pipa yang NS, maka pipa tersebut tetap bisa melaju karena pipa yang NS itu berada di bawahnya. jadi tidak saling menghalagi. 

Change Elevation Turn Akses


3. Lebih flexible dari sisi stress analysis

Dari sisi stress analysis, degan kondisi change elevation turn maka pipa tersebut lebih flexible. karena elbow yang di bawah dapat menahan bending, pun dengan yang di atas. jadi ada dua elbow yang menyebabkan lebih flexible, di banding dengan flat turn yang hanya satu elbow saja. sisi lainnya karena banyak nya elbow ini justru membuat pipa lebih mudah fibrasi besar apalagi kalau support nya kurang memadai. 

Contoh Elevation Turn Design

Kemudian dari sisi pressure drop, di awal sudah di sebutkan kalau mengunakan flat turn pressure dropnya lebih kecil karena hanya ada satu elbow. dengan change elevation turn maka pressure drop nya lebih turun karena lekak lekuk tadi yang lebih banyak. 

Pressure drop ini tau ya maksudnya, jadi kondisi dimana tekanan dari fluidanya menurun. yang menyebabkan ada dua hal, yaitu mayor karena jaraknya, jadi semakin jauh pipanya semakin turun pressure drop nya. kedua karna fitting yaitu belokan, lekukan atau percabangan. Untuk memahami seperti apa itu fitting, silahkan baca di jenis jenis fitting di dalam pemipaan 

Sisi lain dari kekurangan menguankan change elevation turn adalah ia dapat menimbulkan low point draing dan high point vent. hal ini juga yang perlu jadi pertimbangkan. terutama untuk aliran yang slope atau grafity flow, perlu di perhatikan routing nya kalau mengunakan change elevation turn. 


WI E3D : Membuat Simple Report Aveva

Tidak dapat di pungkiri ketika kita mengunakan E3D, maka kita memerlukan cara agar kita bisa mengambil data yang ada di dalamnya. Sebagai contoh kita amu ambil list equipment, atau list dari piping apasaja yang sudah di routing. Untuk melakukan hal itu, kita bisa mengunakan simple report di E3D yang tujuannya untuk mengambil list item yang ada di E3D.

Report Di E3D lebih mudah dibanding SP3D

Berbeda dengan SP3D, untuk mengabil report di E3D bisa di lakukan oleh user tanpa harus meminta admin. Kemudian untuk seting nya pun amat mudah, kita akan tunjukan nantinya bagaimana mengambil report untuk E3D ini. di artikel sebelumnya yaitu SP3D vs E3D saya menjelaskan perbedaan kedua sofware ini, mungkin bisa di jadikan bahan rujukan rifalitas mereka. 

Di Everything3D Aveva sudah di sediakan form nya, jadi kita tinggal mengunakannya dengan baik maka apa yang kita perlukan bisa terjadi. hal ini sangat mungkin karena E3D ini berbasis open source, jadi kita benar benar bisa meng explore di dalamnya Asal kita mengerti caranya

Untuk Disiplin apa Extract Report Ini?

Untuk menjawab ini, maka semua displin bisa untuk extract report, asal tau apa yang di cari dan cara nya seperti apa. karena extract report ini tidak di batasi oleh department tertentu (misalnya piping, civil atau lain sebagainya), untuk form nya ada di Tools jadi semua bisa meng akses tanpa masuk ke disiplin masing masing.  

Cara untuk Extract Simple Report

Cara Extract Report E3D


Untuk Me extract report, maka anda perlu masuk ke step berikut :
  1. Buka Modul Model
  2. Masuk ke Tab TOOLS
  3. Menuju ke group Report
  4. Pilih yang Simple Report
Setelah semua nya selesai, artinya kita mengikuti step di atas untuk men click Simple Report, maka akan muncul satu pop up baru yang kurang lebih seperti di bawah :


Penjelasan Simple Report E3D

Mengisi Report E3D
Untuk penjelasan singkatnya, report itu saya bagi menjadi 3 Bagian. Bagian pertama warna magenta dengan nama FILE, yang kedua dengan warna biru yaitu HIERARCY. dan terakhir saya tidak memberikan warna dimana letaknya di apit di tengah tengah. 

Peletakan File Report

Dua hal yang saya beri warna adalah hal yang mudah, pertama untuk warna magenta menunjukan dimana file itu akan di letakan. Silahkan di tuliskan address nya di kolom yang tersedia lengkap dengan extensi file nya, dalam hal ini saya ingin yang mudah yaitu format .txt yang bisa saya buka di notepad.

Di sisi paling kanan ada check box Screen, silahkan di centang kalau hanya menampilkan di layar command. jadi ini untuk report yang tidak terlalu banyak, bisa di tampikan di screen tanpa harus di save ke directory. 

Hierarchy CE Report E3D

Untuk hierarchy report dimana saya beri warna biru, saya akan mencoba menjelaskan degan sederhana. Silahkan ketikan dengan nama CE, artinya current element untuk item yang anda ingin ambil di bawah hirarki krusor anda. Misal, saya mau lihat semua ekuipement yang ada di salam satu zone, maka saya cukup clik di zone nya kemudian jalankan report. Dengan memilih CE ini maka akan me list semua eqipment yang ada di zone yang saya click itu tadi.

Kalau anda ingin men screening semua file di E3D, cukup hilangkan kata CE, biarkan blank maka akan di cari semua file yang ada di Project. Resikonya, tentu akan memakan waktu lebih lama dari yang hanya mengunakan CE. 

Part Ketiga dari Report

Part ini cukup membutuhkan effort untuk memahami karena di sinilah report kita akan di generate. Saya buat mudah untuk penjelasannya, kalau kita ingin mencari Equipment, maka saya cukup isikan file type dengan EQUI, yang merupakan singkatan dari Equipment. Maka ia akan mencari semua EQUI yang ada di dalam E3D dan mengumpulkan nya ke report. 

Kalau mencari STRUCTURE, cukup dengan STRU. Piping dengan pipe atau support dengan suppo. Caranya bisa melihat di nama file 4 digit pertama di E3D, itu merupakan tipenya. Untuk With saya lewati untuk mempermudah pemahaman dan kita akan membahas mengenai Column. 

Result Report E3D

Untuk column merupakan informasi apa saja yang kita butuhkan, dari situ akan tersusun column by column item apa yang kita cari. dari contoh di atas cukup jelas ya, saya mencari name zone dan purpose nya makan secara horizontal maka kita akan mendapatkan sesuai yang kita list kan. 

Kenapa butuh column ini? contoh kita ingin mencari nama instument apa saja yang ter instal. Karena instument sama sama mengunakan routing Pipe, maka kita akan kesulitan kalau tidak menampilkan zone nya, karena khawatir akan tercampur dengan Piping. Oleh karenanya kita butuh muncul kan zone nya atau minimal purpose nya. 

mudah mudahan, penjelasan singkat di atas bisa untuk mempermudah anda untuk membuat simple report di E3D. 

Perbandingan Intergraph SP3D dengan Aveva E3D

Kali ini saya akan bercerita mengenai perbandingan Aveva E3D dengan Intergraph SP3D. Kedua software tersebut adalah software engineering yang cukup tenar di dunia oil and gas, terutama untuk 3D Model. Bahkan untuk syarat penerimaan calon karyawan baru sebagai designer perusahaan EPC pun salah satu syaratnya adalah familiar dengan salah satu software tersebut. Lalu kenapa dua software itu menjadi penting? karena seperti yang pernah saya ceritakan di kenapa membutuhkan SP3D atau PDMS bahwa kebutuhan modeling salah satunya adalah untuk menarik MTO.

Apa itu MTO? 

Beam Modeling

MTO adalah kepanjangan dari Material take-off, jadi intinya apa yang kita modeling, bisa kita tarik materialnya. Seperti ini penjelasannya, kalau kita memodelkan beam, maka kita bisa ambil datanya sebagai sebuah beam, artinya kita bisa hitung berapa beam yang kita modeling kemudian di tarik kesimpulan berapa jumlah semua nya. Kalau valve bagaimana? sama juga baik itu valve, piping, fitting, dan instrument item lainya pun bisa di tarik material nya apa saja. fungsinya? tentu untuk keperluan purcashing nantinya, untuk keperluan membeli barang barang tersebut. Hal ini yang membedakan software 3D di EPC, yaitu oil and gas dengan software 3D lain nya sekelas autocad 3D. dan hal ini juga yang membuat software buatan aveva atau intergraph tergolong mahal, karena fungsi penarikan MTO itu tersebut.

Kalau kita jeli, baik E3D atau SP3D tidak hanya bisa menarik MTO, melaikan item yang di modelkan pun sudah sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Percuma dong, kalau kita bisa menarik MTOnya, tapi ternyata modelnya tidak sesuai, nanti ke presisiannya di lapangan bisa di pertanyakan. Makanya kenapa E3D dengan SP3D ini software yang populer untuk pembuatan plant, karena memang presisi. Dimana di dalamnya sudah termasuk beberapa catalog populer untuk dunia oil and gas.

Kalau sama sama populer, pasti ada dong perbedaan karakter dua sofware ini? maka kita akan bahas di  komparasi antara aveva e3d versus intergraph sp3d.

Point Penting Perbandingan E3D vs PDMS

Materi yang tersaji di sini adalah pengalaman penulis mengunkan dua software tersebut, dan tentunya pengalaman tersebut di sajikan pada saat ini. Artinya dengan ilmu penulis yang terbatas mengenai materi materi E3D dan SP3D saat materi ini ditulis, jadi di harapkan user dapat bijak ber konsultasi oleh expert atau yang ahli di kedua sofware ini. Dan kalau memang ada yang kurang lengkap, dengan penuh kerendahan hati, silahkan di tambahkan didalam kolom komentar, sehingga kita bisa sama sama belajar. 

Sekilas Mengenai E3D

Mungkin ada yang asing dengan E3D, E3D adalah singkatan dari everything 3d, yaitu software besutan aveva untuk mendesign plan, pabrik atau unit pengolahan yang dahulunya kita kenal dengan PDMS. Jadi, E3D adalah versi update dari PDMS yang pernah saya bahas di Mengenal PDMS
 

1. SP3D dan E3D dari sisi Penggunaan

Point pertama yang ingin saya bahas adalah mengenai pengunaan, yaitu interface. SP3D memiliki fitur untuk kemudahan user dalam hal Visual, artinya apa yang di tampilkan dilayar dapat dengan mudah di edit, di modified dan di move dengan bantuan krusor. Sang user harus aktif mengunakan krusor nya untuk memilih item, memindahkan atau meng edit yang ada di 3D model. 

Dan dari segi tampilan, mirip dengan toolbar besutan dari microsoft, dimana tersedia menu file, edit dan modified di dalam toolbar nya. Menurut saya, cukup pratis di gunakan dan di pahami. 

Sedikit berbeda dengan E3D, untuk E3D tampilannya penuh dengan icon yang tampil di toolbar. User perlu untuk memahami pengunaan toobar di sini karena approach yang di tampilkan berbeda, saya melihat developer di E3D mengunakan pendekatan urutan proses pengerjaan. Artinya berurutan. Jadi hal pertama adalah meng create sesuatu (yaitu membuat), yang kemudian me modified dan seterusnya. Jadi kalau kita lihat menu di E3D, maka kita melihat di sebelah kiri adalah Create, sisi selanjutnya modified, delete dan seterusnya. 


Kalau saya melihat, di E3D lebih nyaman mengunakan command. jadi ketika kita mau move object, membuat sesuatu yang baru, me modified dan lain sebagainya. akan lebih mudah kalau kita mengunakan command.

Contoh kita ingin memindahkan vessel ke timur sejauh 1 meter, kita bisa move beberapa mm tidak hanya menguanakan crusor, namun juga mengunakan command. Misal command nya adalah by E 1000, maka kita akan memindahkan vessel tersebut sejauh command yang kita masukan. 

Sedangkan di SP3D, ketika kita ingin memindahkan vessel kita select vesselnya kemudian bisa kita drag dengan crusor setelah di masukan jaraknya lewat toolbar untuk posisi E N Upnya. 

2. Penamaan File di Aveva E3D

Senada dengan pembahasan sebelumnya mengenai user interface, saya katakan kalau SP3D berbasis Visual atau Grafis. Contohnya adalah berkaitan dengan nama. Di SP3D, untuk nama bisa saja mengalami duplikat (artinya namanya sama), asal di taruh di Parent atau Induk Folder yang berbeda. Sama seperti susunan folder di windows explorer, kita bisa menaruh nama sama asal di folder yang berbeda. Kalau di taruh di folder yang sama, biasanya akan ada tambahan angka seperti (1), (2) di belakang nama file. 

Kemudian karena ia berbasis visual, maka di SP3D kita bisa memberikan nama dengan Spasi. Artinya spasi di hitung sebagai satu karakter di SP3D. Di sisi lain, kalau kita ingin memilih beberapa file di SP3D, kita bisa men select beberapa file dan memilihnya. Misal dengan batuan menekan CTRL maka kita bisa memilih beberapa file sekaligus. 

Di E3D, karakter nya berbeda. Pertama kita tidak bisa mengunakan spasi, kemudian kita juga tidak bisa mengunakan nama yang sama. Kenapa alasanya? kalau saya mengira, karena di E3D adalah berbasis command, artinya satu nama dengan nama yang lain harus berbeda, kalau nama itu sama akan menimbulkan error atau kesulitan untuk mencari file tersebut dengan command. 

Perlu di ingat, di E3D berlaku case sensitif. Artinya kalau ada menulis Nama, dengan NAMA, atau nAMA akan di hitung 3 karakter berbeda. Jadi huruf besar dan kecil akan di hitung berbeda kombinasinya walau kita membacanya sama. 

Kalau di kaitkan dengan perbandingan sebelumnya kalau di SP3D bisa memilih beberapa file sekaligus dengan meng click nya, di E3D anda tidak bisa melakukan itu. Satu krusor hanya bisa memilih satu item. Namun kembali lagi, karena E3D ini bisa mengunakan command, maka kita bisa memilih beberapa file yang kemudian di masukan ke comand, setelah nya tergantung kebutuhan kita apakah akan di modif, di pindah atau di delete. 

3. Saving File SP3D dengan E3D

Kalau di SP3D saving file nya adalah berbasis auto save. Jadi apapun yang kita kerjakan di SP3D, sudah langsung ter koneksi dengan server dan di save otomatis. Artinya? kalau design kita berubah, maka user lain bisa melihat perubahan tersebut di PCnya (kadang perlu untuk menekan  tombol refresh). Atau dengan kata lain, filenya langsung tersimpan. kita bisa menyimpan file nya di PC, namun hanya sebatas tampilannya atau sesion nya saja. Sedangkan file aslinya, sudah tersimpan di server dengan segala perubahannya. 

Sedangkan E3D sistem save nya adalah manual, jadi user harus menyimpan secara manual yaitu dengan savework. Untuk user lain yang akan melihat pekerjaan temannya, harus di getwork dahulu supaya bisa melihat perubahannya. 

Jadi dua hal ini yang sering tertukar kalau user berpindah dari SP3D ke E3D, atau sebaliknya. Baiknya pahami karakter masing masing salam menyimpan file. Plus minus nya pasti ada di antara kedua nya, SP3D karena auto save ia tidak perlu khawatir kalau suatu saat mati lampu, semua file sudah tersimpan. di sisi lain E3D menawarkan ke amanan, maksudnya kalau user sudah benar benar yakin dengan desain nya, baru ia simpan file nya. Kalau belum yakin, bisa di buang apa yang sudah di kerjakan tanpa mempengrui design orang lain. 

4. Penyimpanan Database E3D dan SP3D

Untuk database SP3D ter instal di dalam satu database dimana di dalamnya adalah berisi berbagai macam disiplin seperti civil, piping dan electrical. Yang saya tangkap dan pahami, database SP3D adalah satu kesatuan, jadi ya satu database itu tadi. Sistem penyimpanannya pun aman dengan pengunaan SQL atau Oracle dalam basis penyimpanan databasenya. Yang tentunya dua sofware membutuhkan keahlilan khusus dalam meng instal nya.

Sedangkan di E3D, databasenya berupa file file yang susuananya bisa dengan mudah di lihat di explorer. Karena berbasis file atau modul, maka semua nya bisa terlihat dan dengan mudah dapat di replace kalau terjadi error di satu file. kita bisa memecah database piping, civil atau electrical dalam modul yang terpisah. 

Untuk hal ini, kalau saya mlihat E3D menawarkan kemudahan sedangkan SP3D menawarkan keamanan.


5. Open Session License

Untuk membuka sofware, SP3D berbasis Aplikasi yang di buka sedangkan di E3D berbasis IP yang di gunakan. dua dua nya menwarkan sistem yang berbeda.

Lima hal di atas, semoga bisa memberikan sedikit gambaran perbedaan antara SP3D dengan E3D. Yang tentunya memiliki karakter berbeda satu sama lain, serupa namun tak sama. Saya yakin teman teman punya pandangan berbeda mengenai kedua sofware ini, dan silahkan ditambahkan. Namun semua nya memiliki plus dan minus masing masing, yang jelas karakter nya berbeda. jadi kita harus bisa memahami karakternya saat mengunakannya, jadikita bisa lebih optimal dalam mengunakannya. 

Dan perlu di ingat pula, butuh bantuan expert masing masing product dalam meng explore sofware nya. silahkan bisa bertanya pada tecnical seles masing masing produck atau yang ahli di bidang nya, saya hanya menampikan sebagian kecil yang saya alami semoga bisa menambah wawasan sedikit mengenai perbandingan antara SP3D dan E3D