Cara Mengetahui Rating Flange Berdasarkan ASME B16.5

Penah penasaran bagaimana cara menghitung dan mengetahui rating flange? Saya pun penasaran. Berawal dari menulis artikel, jenis jenis flange yang di dalamnya ada salah satu berbedaan flange di bedakan beradasarkan rattingnya. Seperti kita tau, ratting standar menurut asme b16.5 adalah 150#, 300#, 400#, 600#, 900#, 1500# dan 2500#. Pertanyaanya adalah, bagaimana kita tau rating tersebut?

Apakah ratting tersebut hanya kita ambil data mentahnya dari PID? dari orang proses? saya kira tidak juga, tidak semua hal kita serta merta ambil mentah dari orang proses, kadang pun kita perlu tau, darimana rating tersebut dan sampai batas mana rating tersebut dapat di gunakan.

ASME b16.5 tahun 2003 tetang flange rating

Apa batasan rating flange?

Rating pada flange sebenarnya merupakan batasan dari pressure yang bekerja (working pressure) dalam pount per squerec inches, disingkat psi. tapi orang lebih cenderung simple menyebutnya dengan pound.

Menurut ASME b16.5, kita mengetahui rating pressure (Pr) sebuah flange dari hubungan Antara working pressure (PT) dan alowabel stress (st) nya dengan rumusan :

rumus flange rating berdasar asme b16.5
Sekarang bagaimana caranya menentukan flange rating, dengan melihat ASME B16.5. Misalnya, kita punya data dari department proses sebagai berikut :

Diketahui :
Material : A105
Temp : 100F
Max Desing Pressure : 740Pig

Ditanya :
Ratting?

Sebelum menjawab pertanyaan, ASME yang saya gunakan disini adalah ASME tahun 2003. Kemudian hal yang pertama yang harus di cari untuk mengetahui rating flange adalah, silahkan kita lihat di table list material specification, yaitu table 1A (silahkan masuk ke halaman 4). Kita temukan, A105 itu masuk dalam kelompok material berapa, ternyata masuk dalam kelompok material 1.1

tabel 1A asme b16.5 untuk mengetahui flange rating

Setelah ketemu, kita cari material kelompok 1.1, atau table 2-1.1 (silahkan ke halaman 23). Maka kita akan menemukan table di bawah ini. Untuk data di atas, ternyata masuk ke range 300 lb, berarti masuk rating 300#. Mudah bukan, jadi dar data yang di atas kita temukan rating flangenya adalah 300#.

tabel group 1.1 asme b16.5 untuk mengetahui flange rating
Kadang kala, kita perlu mengkonfersi inputan sesuai dengan nilai yang tertera pada ASME. Dari data di atas, Temp 100F = 38C, 740 Psig = 51 Bar. Berarti benar kalau nilainya berada pada range 300#.

Berapa saja nilai rating yang umum

Rating sendiri terdiri dari beberapa nilai, yaitu rating 150, 300, 400, 600, 900 sampai dengan yang tertingi 2500. Biasanya untuk menujukan kalau itu rating, diberikan akhiran ‘#’ (crash) atau pagar. Rating yang biasa di gunakan adalah 150#, 300#, 600# sampai dengan 900#. Untuk rating 400# dan 2500# saya sendiri belum pernah menememukannya dalam sebuah project, mungkin karena pengalaman saya yang masih minim.

Pengertian Rating flange

Apabilan flange rating menunjukan nilai 150#, tidak serta merta design pressurenya 150 Psi.

Nilai rating 150#, 300#, 400#, 600#, 900#, dst bukanlah nilai design pressurenya, nilai tersebut hanya penggolongan class rating, yang secara tidak langsung berhubungan dengan nilai design pressure.

Dan nilai pressure yang disajikan di table ASME b16.5 murni untuk menahan pressure pressure internal saja. Kalau ada external load, (force dan moment) di flange tersebut karena perilaku pipa yang disambungkan, atau valve yang tergantung pada posisi tersebut. Nilai design pressurenya juga berkurang karena sebagian kemampuan flange di gunakan juga menahan external load.

Oleh karenanya lebih agar lebih mudah, kita membulatkan nilainya ke atas agar external pressurenya dapat terakomodir.

Pressure Temperature Rating

Telah di jelaskan bahwa untuk menentukan rating flange di butuhkan nilai temperature dan pressurenya, yang biasanya telah di tentukan oleh orang proses. Kemudian kita tentukan materialnya apa, lalu cari di table untuk mendapatkan nilai ratting flangenya.

Pressure Temperature Rating untuk flange
Namun untuk mencari satu persatu dalam taabel ASME cukup memakan waktu, agar lebih mudah silahkan lihat table di atas untuk mempermudah kisaran pressure yang bekerja pada rating tertentu.
Ada satu aturan umum yang sering digunakan, dimana tekanan operasional sebuah flange pada temperature ambient adalah kira kira 2.4 x nilai ratingnya.

P max = Rating x 2.4

Misalnya, pada rating 300 maka kemampuan untuk menahan pressurnya adalah sekitar 720 (300*2.4), begitu seterusnya. Namun, aturan ini hanya bisa di terapkan untuk flanger rating diatas 300.

Output Apa Saja yang Di Check Dalam Caesar

Caesar adalah alat yang sering digunakan untuk permodelan pemipaan, tujuanya untuk kalkulasi agar di peroleh perhitungan yang memang aman untuk rooting pipa yang telah di modelkan. Lalu pertanyaanya adalah, bagaimana dan apa saja yang kita chek dalam Caesar agar mengetahui system itu aman?

Ada beberapa pertimbangan yang perlu di chek dalam Caesar, Diantaranya adalah:

1. Displacement

Maksudnya displacement adalah ketika si pipa itu bergerak kearah x dan z. biasanya ketika pipa panjang pada ujungnya akan di chek berapa panjangnya, apakah nilainya melebihi dari yang di syaratkan.

Output Displacement pada caesar
Mengapa perlu di chek? Tujuannya agar pipa tersebut tidak bersentuhan dengan pipa yang lain. Di dalam desain pemipaan, biasanya telah di sepakati nilai tertentu yang merupakan jarak peletakan pipa satu dengan lainya. Salah satu spec menyebutkan, jarak OD terluar antar pipa itu sebesar 80mm.

Namun bisanya kita melihat dalam Caesar, kalau displacementnya lebih dari sama dengan 25 mm, kita akan menuliskannya dalam sketch ISO nya. Terlebih, kalau Jaraknya 75mm lebih, bisanya kita pula menambahakan notifikasi 'long shoe' untuk supportnya.Tujuannya, kalau pipa itu benar benar berexpansi, maka dengan mengunakan long shoe si shoe tidak akan jatuh dari tumpuannya, tapi tetap aman.


Gambar di ata adalah contoh penulisan displacement pada sketch iso yang melebihi nilai 25mm


2. Sagging

Sagging adalah keadaan ketika pipa melendut, yaitu nilainya melebihi dari 12.5 (0.5”). Sebenarnya sama saja dengan displacement, hanya yang membedakannya kita ukur dalam Caesarnya adalah nilai Dari sustainnya. Nilai sustain load tidak boleh melebihi nilai 12.5mm, atau setara dengan setengan inch.

Output Sagging pada caesar
Nilai sustain load, tidak boleh melebihi setengah inch karena sustain load yang merupakan berat dari fluida dan pipanya, kalau nilainya melebihi angka tersebut artinya si pipa akan melendut dan fluida akan tertahan di dalamnya (tidak mengalir). Tentunya hal tersebut harus di cegah terlebih untuk pipa yang me require free draining.

Untuk mengetahui apakah pipa itu cukup aman tanpa mengalami free draining, kita biasanya mengunakan save span table. yaitu jarak antra support satu dengan yang lainya yang menopang si pipa. ada aturannya, tidak boleh melebihi jarak tertentu.

Save span table biasanya digunakan untuk pipa lurus, dan pipa yang berbelok ada faktor pengalinya. Namun kalau rotingan yang banyak elbownya (berbelak belok), maka ia pelu di chek untuk saggingnya dengan metode seperti ini pada Caesar.


3. Nozzle loadnya

Seperti yang pernah di singung dalam memahami pembagian support pada pemipaan, bahwa support berfungsi agar beban pada pipa tidak di tumpu oleh nozzle atau yang bersifat kritikal, maka load pada nozzle perlu untuk di chek dari caesaranya.

Pengechekang Nozzle Load pada caesar
Load ini, nantinya akan di konfirmasi dalam nozzle allowabel dari ASME apakah beban tersebut dapat di akomodir oleh nozzlenya. Kalau tidak bisa, alias beban yang diberikan oleh pipa terlalu besar untuk dapat di terima oleh nozzle atau ekuipment, maka sang stress enginer perlu memikirkan kembali konfigurasi supportnya atau yang lebih extrim perlu di ganti rootingan pipanya.

nozzel allowable untuk vessel
Namun pengatian rooting pipa adalah option terakhir, disinilah peran stress enginer untuk memikirkannya, kalau hanya merubah rooting, justru kemampuan analisa stressnya jadi tidak berkembang, hanya jadi operator. jadi setiap ada masalah, usahakan untuk bisa di selesaikan.


4. Beban Support

Mirip dengan restrain load pada nozzle, nilai load yang ada di sini untuk menghitung beban yang di terima oleh si support. Maksudnya adalah, kuat tidak si support menahan beban yang berasal dari pipa, baik yang sustain ataupun occasional.

Pengechekang Beban restrain  Load pada caesar
Untuk mengkonfrontasinya, bisanya kita perlu membaca standard pipe support, di sana sudah tertera untuk tipe support seperti itu ia mampu menahan beban berapa. Tinggal nanti kita konfrontir dari hasil Caesar. Kalau nilainya lebih besar, coba chek konfigurasi supportnya apakah sudah tepat atau belum, yang kedua pertimbangakan untuk menambah support lagi agar dapat mengakomodir gaya yang berasal dari pipa.

Jadi intinya dalam pengecekan caesar ini adalah, untuk memastikan pipa aman. Caranya dengan melihat hasil outputnya, menganalisa permasalahanya dan kemudian mencari jawabannya. Setelah jawabannya ditemukan pun, tidak sertamerta selesai analisanya, perlu kembali di cek satu persatu apakah benar benar aman output caesar seperti yang dijelaskan sebelumnya. 

Mengenal PDMS (Plant Design Management System)

Dalam dunia Epc, kita akan sering mendengar istilah PDMS. PDMS adalah singkatan dari Plant Design Management System yang merupakan sebuah program untuk membuat modeling 3D struktur pengeboran minyak lepas pantai.

PDMS sangat penting peranannya karena ia mampu menunjukan model dari konsep 3D saat proses desain berlangsung. Model inilah nantinya yang akan digunakan oleh banyak pihak, baik internal si konseptor (perusahan EPC), Client selaku pemilik project maupun vendor yang nantinya memberikan atau melengkapi penbuatan dari pabrik seperti vessel, pompa atau HVAC.

PDMS merupakan software yang sangat diminati karena ia memberikan masukan yang akurat pada saat koordinasi desain beralangsung. Koordinasi tersebut adalah koordinasi antar disiplin dalam project oil and gas yang nantinya akan meminimalisir kesalahan dalam desain. Disamping itu PDMS dari Piping mampu menghasilkan piping isometric drawing secara otomatis dengan akurasi tinggi. Sehingga tidak perlu lagi membuat isometric drawing secara manual.

Saat proyek berlangsung, PDMS designer dari disiplin Struktur, Piping, Mechanical & Electrical secara bersama-sama membuat model sesuai disiplin ilmunya dibawah koodinasi seorang Administrator.

Potensi Penghasilan Seorang PDMS Desingner

Karena pentingnya peran PDMS, Banyak orang berkeinginan untuk menjadi PDMS Designer dalam dunia Oil & Gas. Disamping itu, tawaran salary untuk seorang PDMS designer pun terbilang cukup tinggi kisaran 6 – 15 juta/perbulan di dalam negeri. Untuk luar negeri, sangat terbuka kesempatan seorang PDMS designer senior untuk meraup penghasilan diatas $4000/bulan.

Apakah PDMS sebuah Software?

PDMS memang sebuah software, namun PDMS bukan hanya software/aplikasi untuk mendesign saja. Tetapi juga untuk memanage proses design itu sendiri, kalau dijabarkan ulang bisa diartikan bahwa PDMS adalah sistem (lebih cocok dibilang sistem daripada hanya sebuah software) untuk memanage proses design suatu plant / platform.

Dalam proses mendesign bukan hanya faktor design yang jadi pertimbangan, faktor manajemen dokumen, manajemen interdiscipline, manajemen database baik dari vendor maupun dari disiplin lain, manajemen integrasi suatu project, dll.

PDMS lebih cocok dibilang sebuah sistem karena PDMS merupakan tools untuk memanaje data-data yang diperlukan dalam mendesign suatu plant atau platform. Sebagai informasi bahwa PDMS terdiri dari banyak sekali turunan seperti P&ID's, PDMS Global, dll. yang jika semua turunan tersebut dipakai akan mempercepat design dari sebuah plant atau platform.

Contoh PDMS untuk Civil

Contoh PDMS untuk Civil
PDMS untuk disiplip civil, bisanya digunakan untuk pembuatan Piperack, Bracing, Column and beam (include details), Foundation, Slab, Walls and Floors.

Contoh PDMS untuk Piping

Bagian Piping adalah bagian yang paling banyak untuk memodelkan mengunakan PDMS, karena seperti pernah saya singgung kalau piping merupakan urat nadinya suatu plant. Piping mengunakan PDMS untuk memodelkan Pipe route and Components, Instrumentations, Support and Hangers, Material Take Off, Isometric Detail Drawing.

Contoh PDMS untuk Piping
Namun kesemuanya itu hanyalah sebuah model. Maksudnya kita belum bisa memastikan apakah model tersebut nantinya cukup kuat untuk di tompang oleh support, atau model (rooting pipa) tersebut apakan cukup aman bagi nozel atau ekuipment? Kesemuanya itu akan di jawab oleh bagian stress analysis. Oleh karenannya diperlukan satu sinergi antar keduannya.

Contoh PDMS untuk Mechanical

Contoh PDMS untuk Mechanical
Untuk bagian mechanical, biasanya PDMS digunakan untuk memodelkan Mechanical Equipment, Seperti Tank, Vessel, Column, Air fin Cooler, pump dsb. Termasuk pula nozzle orientation nya

Contoh PDMS untuk Electrical

Contoh PDMS untuk Electrical
Untuk electrikcal ia bisa menrancang dan memodelkan kabel tray pada PDMS.

Memahami Pembagian Support pada Pemipaan

Ketika pipa itu di bentangkan, kita akan memerlukan support untuk menahan si pipa. si pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida, pasti akan memiliki berat, berat itu yang perlu di topang oleh support. Tujuannya, agar berat yang berasal dari pipa tidak ditempakan atau di tumpu pada nozzle, sambungan las, ataupun tempat tempat kritikal lainya.

Nozzel dan sambungan las tersebut tidak di desain untuk menahan berat. Beban yang sangat berat yang di tumpu pada sebuah nozzle, akan berakibat pada lepasnya nozzle dari vessel atau bagian ekuipment.
tipe restraint guide

Pertanyaan selanjutnya, apakah support hanya di pertuntukan untuk menahan berat dari si pipa? tidak juga ternyata. Seperti yang pernah di pelajari dalam jenis beban dalam sistem pemipaan, maka berat tersebut dikategorikan sebagai beban sustain. Padahal, masih ada beban lain seperti expansion atau occasional yang perlu untuk di topang, untuk itulah kita butuh yang namanya pipe support.

Pembagian Type Pipe Support

Kalau berbicara masalah pembagian, tentu tergantung siapa yang membagi. Lain orang lain pula pembagiannya, lain pula klasifikasinya. Dan saya akan membagian jenis support ini menurut materi yang pernah saya terima dari instrukur india.

Bahwasannya support itu di bedakan menjadi 3 jenis, yaitu seperti di bawah ini

klasifikasi support pada pipa

Kadang kala kita sering tertukang menyebutkan support sama dengan restrain, padahal sesungguhnya itu terminology yang berbeda. support lebih ke menahan deadweigh, atau sustain loadnya. Sedarangkan restrain, menahan expansion dari pipa.

Pipe Support/hanger

Untuk jenis support ini, ialah tipe yang menahan berat dari si pipa termasuk fluida yang bekerja di dalamnya. Pembukaan dalam artikel ini, adalah tipe dari pipe support. Pipe support ini berfungsi untuk meneruskan beban (load) yang diterima pipa ke struktur atau pondasi yang lebih kuat.

support pada pipa yang menopang deadweigh
Fungsinya, seperti yang sebelumnya disebutkan, agar si pipa tidak tertahan sepenuhnya oleh ekuipment. Dapat pula support ini berfungsi untuk menghindari sagging, yaitu pipa melendut ke bawah karena kuranya penopangan yang berakibat fluida akan tertahan dan tidak mengalir.

Tipe support ini, ada yang langsung ke struktur atau pipa, ada pula yang mengunakan shoe. Shoe digunakan manakala pipa terdapat insulasi dimana kalau pipa itu langsung di letakan di supportnya, insulasinya akan penyok atau rusak.

Untuk tipe hanger, sudah pernah saya singgung di materi penggunaan hanger and spring hanger jenis support ini, termasuk di dalamnya adalah trunion maupun dummy.

Pipe Restraint

trunion dan shoe support
Untuk pipe restrain, lebih di khususkan untuk menahan beban karena pergerakan pipa, atau lebih khusus ke expansion load. Pergerakan pipa disini, tidak hanya di sebebakan oleh perubahan tempratur pipa yang tinggi atau rendah, pergerakan pipa disini dapa pula disebabkan oleh external force seperti angin. Namun, untuk pipe restrain lebih di khususkan untuk menopang pergerakan oleh termal ataupun dinamik sipipa.

Jenis dari pipe restain itu akan ditahan oleh anchors. Anchor sendiri di bedakan menjadi dua bagian, fixed ancror dan directional ancor. Untuk fixed anchor, sipipa tersebut dilas langsung ke struktru. Sehingga mengakibatkan pipa tidak dapat bergerak kesegala arah, termasuk pula ketika pipa di sambungkan ke ekuipment, maka pipa teresut diangap di anchor.

fix anchor
Tipe kedua dari anchor ini adalah directional ancor, yaitu penahan yang menahan sisi ataru arah tertentu dari pipa. biasanya arah aksial. Apa itu arah aksial? Anda perlu membaca artikel nama dan arah tegangan dalam pipa directional ancor sering disebut juga dengan limit, atau stopper.

Satu jenis lagi restrain, yaitu yang menahan arah lateral, kita mengenalnya dengan guide. Untuk melihat gambar guide, gambar pertama kali dari artikel ini, adalah tipe dari guide, karena ia menahan si pipa agar tidak ke samping. Guide pula biasanya di pasang pada pipa lurus, dengan konfigurasi selang seling, guide-non guide-guide kembali dan begitu seterusnya. Lihat gambar kedua, dengan support yang berwaran kuning.

Disamping itu, selain arah yang telah disebutkan, restrain juga termasuk yang menahan ke arah semuanya, biasanya dengan mengunakan uclamp.

Vibration absorbers

Untuk jenis penopang ini, pada dasarnya adalah support yang digunakan untuk menahan vibrasi yang di sebabkan oleh angin, gempa atau aliran fluida. untuk penjelasannya, lain waktu kita akan memperdalam pembahasan mengenai tipe support pipa jenis ini.

Jenis Beban Dalam Sistem Pemipaan

Dalam system pemipaan, terutama yang sering mengunakan Caesar kita akan menemukan istilah sustain, occasional, dan expansion. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah pahan ketiga beban tersebut? Lalu apa si yang mempengaruhi ketiga beban tersebut?

Untuk memperdalam masalah tersebut, mari kita bedah satu persatu menganai sustain load, occasional load ataupun expansion load.
beban pada pipa

Sustain load

Sustain kalau diambil dari Bahasa ingrisnya langsung artinya adalah menopang atau menahan. Sustain load adalah jenis beban yang sifatnya continue, dia akan selalu ada selama proses operasi si plant ataupun si pipanya.

Pertanyaannya kira kira beban apa yang selalu ada? yang jelas beban dari pipa itu sendri dan beban pressure saat beroperasinya pipa.

beban sustain pada caesar
Faktor dari sustain load adalah :
1. Design Pressure -> P (pada Caesar)
Tekanan Disain adalah tekanan maksimum yang mungkin terjadi pada kondisi operasi.
2. Operating Weight -> WW (pada Caesar)
Berat Operasi adalah berat dari pipa, berat dari fluida, ditambah dengan berat Insulasi, dan komponen yang berada pada sistem tersebut

Occasional Load

beban occasional psv
Occasional sesuai namanya adalah kadang kadang atau jarang. beban occasional dapat diartikan adalah beban yang jarang terjadi ada, namun tetap di perhitungkan dalam system pemipaan kalau kalau memang beban tersebut terjadi.

Contoh dari Occasional load ini adalah angin, gempa, salju (snow), fenomena alam lainya, unusal plant operating (seperti relief valve), dan lain sebagainya. Intinya adalah beban yang di kategorikan sebagai occasional load itu hanya bekerja sekitar 1-10% dari total operasi system.

Yang membedakan dengan sustain load, beban tumpuan pada occasional load itu tidak sama dengan pada beban sustain. Kalau beban sustain di angap homogen, ditopang oleh seluruh pipa (terdistribusi merata pada pipa), namun tidak untuk occasional. Misalnya, ketika salju turun, dia akan turun dimanapun ia mau, hal tersebut yang membuat kita perlu memperhatikan pula beban occasional. Jadi system di desain harus mampu menahan beban occasional degan sustain.
beban occasional  pada caesar

Expansion load

Expansion ini maksudnya adalah pertambahan panjang. Jadi setiap beban yang diakibatkan oleh pertambahan panjang dari pipa, digolongkan dalam expansion load.

beban expansion  pada caesar
Expansion load diartikan sebagai beban yang ditimbulkan akibat ditahannya expansion atau contraction suatu pipa, yang mengalami pemuaian ataupun pengkerutan akibat temperatur fluida yang mengalir didalamnya.

Jadi kalau pipa terkena panas yang cukup tinggi, maka pipa akan memuai. Apabila pemuaiannya itu di tahan, maka ia akan menimbukan tegangan yang sangat tinggi, oleh karenannya kita perlu membiarkan pipa itu meregang tanpa menimbulkan teganan yang berlebihan. Kita perlu mengendalikan perubahan panjang pipa itu, biasanya kita akan mengunakan expansion loop.

Cara Menghitung Ketebalan Pipa Menurut Asme B31.3

Dalam menghitung thickness pipe, atau kita menyebutnya dengan schedule pipe. Sebenarnya mudah saja, kita tinggal melihat dalam tabel pipe schedule dan otomatis kita akan tau tebal dari pipa tersebut.

Kalau dilihat dari sector fabrikasi, memang tepat dengan metode melihat schedulenya kita tau berapa ketebalan pipa tersebut. Namun kita perlu menghitung, sebenarnya pipa yang kita gunakan itu memerlukan tebal berapa si? Apakah schedule yang kita tentukan sudah tepat atau jangan jangan kurang dari yang dibutuhkan. Oleh karenanya, kita perlu tau bagaimana menghitung ketebalan pipa secara manual.

asme b31.3 process piping
Untuk menghitung ketebalan pipa, sudah disebutkan dalam asme B31.3, tentang process piping. Asme yang saya gunakan disini adalah tahun 2010, tujuannya untuk mempermudahkan dan menyamakan presepsi, karena saya akan menyebutkan referensi halamanya pula dalam kalkulasi di bawah ini supaya anda benar benar paham caranya. Jadi kita gunakan acuan, asme yang 2010.

Dalam ASME tersebut, dihalaman 44, tepatnya para 304.1.1 disebutkan :

tm = t + c

Dimana :
tm adalah minimum thicknes, termasuk pula mechanical atau corrosion alowacnce.
C adalah jumlah dari mechanical allowance, misalnya thread (ulir), kedalaman grove atau coakan. Dapat pula corrosion atau erroseion allowace.
t adalah thickness berdasarkan pressure design, yang harus dicari sebelum menentukan tm.

Nilai t ditentukan dengan :
rumus ketebalan pipa dalam asme b31.3

Masih di halaman yang sama, yaitu para 304.1.2. Untuk notasi dari yang disebutkan diatas, adalah sebagai berikut :


penjelasan rumus ketebalan pipa dalam asme b31.3

Pertanyaan selanjutnya kita akan langsung ke soal, contoh soal maksudnya. Tapi mungkin nanti ada yang belum paham di dapatnya dari mana, kita akan jelaskan setelah contoh soal itu selesai. Ok. 

Misalnya diketahui :

Material A106
P = Desain Pressure = 260 Psig (Rating =150#), untuk suhu 200F
D = Diameter pipa = 10 inc. 


Ditanya,

Berapakah tm (thicknes yang diperlukannya)?

Dijawab :
t = P*D/(2(S*E*W+P*Y)

P = 260 Psig
D = 10 inc = 10,7 (diameter actual)
S = 20 Ksi = 20.000 Psi
E = 1
W = 1
Y = 0.4

Jadi,
t = 260*10,7/ (2*(20.000*1*1+260*0.4)
  = 0.069 inc

Sekarang seperti janji saya, kita saya akan menuntunya bagaimana nilai nilai tersebut ditemuan dalam asme b31.3. 

Pertama, untuk nilai P yaitu pressure design dan nilai D, diameternya. Dua nilai itulah yang kita tentukan sendiri. kalau diameternya, ya dari diameter pipa berapa yang kita ingin tau schedule nya. kalau P nya, biasanya dari piping material class, atau orang proses yang sudah menentukannya. 

properties dari proses
Yang kedua. nilai S dari data di atas adalah nilai stress dari material yang di peroleh dari table A-1. Silahakan ke table A-1, halaman 176. Cari dengan temperature 200 F. Didapatlah nilai 200 20.0, nilai duaratus dua puluhan itu satuannya dalam ksi, lihat lah halaman selanjutnya. Jadi kalau mau di jadikan psi, kita mengalikannya dengan seribu. Lihat gambar di bawah agar lebih paham mencarinya.

menentukan nilai S

Sekarang nilai E adalah factor kualitas untuk sambungan pipanya, didapat dari table A-1B yang ada di halaman 227 (sambil lihat gambar di bawah ya gan). Nilai yang kita ambil berdasarkan materialnya, yaitu A106 dan kita dapat dua jenis biasanya, seamless dan welded. Namun untuk material ini, kita menemukan satu jenis yaitu seamless.. jadi kita ambil nilainya 1. 


menentukan nilai E
W adalah nilai factor pengurangan kekuatan dari pengelasan, didapat dari para 302.3.5(e) yang nilai umumnya adalah 1 untuk occasional load sekelas wind dan seismic, silahakan lihat di halaman 43.

Sedangkan nilai Y adalah Coefficent dari table 304.1.1, halamnya masih sama dengan rumus yang tercantum. Lihat di pojok kanan atas, kita mendapatkan nilai 0.4. Dua nilai W dan Y, sama sama koefisien, jadi tidak memiliki satuan, kita masukan saja apa adanya.

Kembali lagi ke hasil perhitungan yang telah kita tentukan nilai t nya 0.069, apakah sudah selesai perhitungannya? ternyata belum. Masih ada beberapa langkah lagi, kita baru menemukan nilai t, kita harus mencari tm.

Nilai tm, yang merupakan penjumlahan dari  = t + c. dimana nilai c adalah corrosion alowace yang diperhitungkan. Misalnya untuk carbon steel kita tentukan CA nya adalah 3mm (0.118 inc) , c-nya adalah 0.118inc.

Jadi nilai tm = 0.069+0.118 = 0.128 inc

Namun perhitungan tersebut biasanya masih ditambahkan dengan mill tolerace, yaitu sebesar 12.5 %
Jadi nilai tm+mill tolerace = 0.128+12.5% = 0.210 inc

Jadi, tebal yang dibutuhkan untuk pipa berdasarkan desain pressure yang ditentukan yaitu 0.21 inc.

Sekarang kita tinggal melihat table schedule pipa, kira kira sechedule mana yang sesuai dengan tebal pipa ini, ternyata schedule yang mendekati adalah schedule 20 dengan ketebalan 0.25 inc. Jadi pipa yang kita gunakan, 10 inc dengan schedule 20.

Kurang lebih itulah pemaparan sederhana mengenai cara menghitung ketebalan pipa, berdasarkan ASME B31.3, semoga bisa bermanfaat.

Penggunaan Hanger and Spring Hanger

Hanger adalah penahan yang digunakan untuk menahan dead weigh, yaitu berat dari si pipa bersama fluidanya. Hanger ini termasuk salah satu jenis support. Pertanyaanya, kenapa digunkan hanger? hanger digunakan manakala supportnya berasal dari atas, berbeda dengan support biasa yang letaknya hanya di bawah, tapi hanger berada di atas. 

spring hanger
Hanger dibedakan menjadi dua bagian, yaitu yang sifatnya rigid alias kaku kita menyebutnya dengan hanger rod, karena dibuat dari rod atau tongkat yang kaku. Satu lagi yaitu dari spring, atau istilah kita per, kita menyebutnya dengan spring hanger.

Hanger rod akan di tempelkan menggantung dari atas structure. Hanger rod sendri dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu yang hanya menopang satu pipa dan yang lain menopang beberapa pipa. untuk yang menopang satu pipa, ia sanggup menahan sampai dengan pipa ukuran 24 inc dengan beban mencapai 4800 pon. Atau sekelas 2 ton.
rod hanger

Sedangkan satu jenis lagi dari rod ini, yaitu ia mampu menahan beberapa pipa (multiple line) dengan dua support rod pada kanan dan kirinya. Untuk ukurannya, biasanya panjangnya dari 3 inc sampai dengan 10 inc dengan kemampuan menahan beban sampai dengan 2, 2 ton. Untuk tipe rod hanger dengan multiple line ini kita menyebutnya dengan Trapeze.

Trapeze Rod Hanger
Rod karena sifatnya yang kaku, ia memiliki keterbatasan manakala si pipa itu berekspansi atau bertambah panjang. Untuk itu kita mengunakan spring hanger. Dengan adanya spring ini, maka stress pada rod dapat kita hindari.

Dimana kita menemukan spring hanger ini? biasanya dekat dengan elbow, karena sifat pipa yang bertambah panjang ketika terkena panas, maka pada ujung pipa itulah yang mendapatkan ekspansi paling besar, yaitu yang dekat dengan elbow. Seperti kita lihat pada gambar pertama dari artikel ini, itulah contoh dari spring hanger

Memahami Istilah (CSO/CSC) Car Seal Open dan Close

Car seal open adalah pengaman yang diberikan kepada valve atau instrument untuk menghindari agar orang yang tidak berkepentingan membuka dan mentutup valve, yang dalam hal ini (CSO) si valve di kunci pada saat terbuka. Jadi semacam pengaman agar si valve tidak di utak utik.

Kalau di lihat bentuknya, car seal open atau close itu mirip seperti kalau kita melihat kargo atau container, lihatlah di belakang mobil container tersebut biasanya terdapat segel (seal). Seal atau segel tersebut berfungsi untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan membukannya, kita akan tau kalau segel tersebut rusak berarti ada orang yang telah membukanya. Orang pun akhirnya akan mikir mikir kalau iseng mau membuka, karena akan ketauan. Sekarang bandingkan dengan tidak ada segelnya, orang pun bisa aja iseng iseng liat ada apa si di dalamnya. Kan gitu?

Ilustrasi Car Seal Close pada pipa

Kapan kita menemukan CSO dan CSC (car seal close)

Kita menemukan terminology cars seal open dan car seal close biasanya pada Piping and instrument diagaram (PID). Kalau kita melihat PID, maka kita akan menemukan salah satu dari car seal ini. Dimana kita biasa menemukannya dalam PID? Kalau kita kaji lebih dalam, maka kita akan menemukan car seal open dan close pada pressure safety valve (PSV).

Dalam sebuah system biasanya selalu ditemukan lebih dari satu PSV, biasanya dobel. Yang satu aktif dan yang satu biasanya untuk spare, alias seagai cadangan. Karena fungsi PSV yang sedemikan penting maka kita harus menjadi alat ini berfungsi, kita tidak pernah menemukan PSV secara berbarengan rusak (atau sedang di maintenance).

Car Seal Open dan Car Seal Close pada PID
Karena PSV selalu dua, maka di posisikan salah satu PSV yang aktif dan yang lain spare. Untuk itu kita perlu mengunci, mensegel si block valve (valve menuju PSV) dengar car seal salah satu nya. Salah satu valve yang menuju PSV aktif akan kita beri car seal open, sedangakan sisi yang lain kita beri car seal close. Tapi ingat, yang di car seal (segel) adalah valvenya bukan PSVnya.

Lalu dimana lagi kita menemukan car seal open atau car seal close? biasanya kita gunakan di :
  • System Water Supply
  • PSV Isolation Block Valves
  • For process safety reasons

Lalu bagaimana bentuk car seal?

Bentuk Car Seal Open dan Car Seal Close
Bentuknya seperti kabel, ia terbuat dari metal yang bisa di bengkak bengkokan masuk ke lubang, atau gagang pada stiran yang ada di dalam valve. Cara kerjanya seperti kabel tie, Setelah kita masukan kabel itu ke dalam segel, kabel akan terkunci. Sekarang valve sudah tersegel. Untuk membuka kembali valve, si car seal ini harus di rusak atau di potong.

Cars seal biasanya terdiri dari berbagai warna dan kode, hijau untuk tanda kalau valve terbuka dan merah untuk tertutup. Di perusahaan lain, bisa jadi pengkodean warnanya berbeda, biru misalnya digunakan untuk segel ‘operation’ yang di lakukan oleh orang proses. Yang artinya, membuka segel warna biru dapat menyebabkan terpengaruhnya hasil produksi. Demikian ulasan mengenai car seal open atau close.

Pengertian Piping Isometrik Drawing

Piping isometric drawing adalah sebuah gambar representasi dari rooting pipa yang ditunjukan secara 3 dimensi dalam selembar kertas. Karena sebagai sebuah gambar representasi, ia hanya menunjukan posisi atau arah dari pipa dalam posisi sebenarnya, isometric drawing tersebut akan digunakan baik oleh orang mechanical, civil, stress analysis dan bahkan untuk vendor akan sangat membantu.

Isometrik drawing tidak menunjukan skala sebenarnya, karena point pentingnya adalah arah dan peletakannya, tapi isometric drawing dibuat tetap proporsional. Tujuan piping drawing baik itu isometrik drawing atau yang lainya, adalah untuk memberikan informasi yang detail agar plant benar benar dapat di konstruksi.

contoh piping isometrik drawing
Isometric drawing sendiri memiliki tiga ukuran, panjang lebar dan tinggi yang bertujuan menampilkan gambar 3D, dan biasanya pembuatanya di miringkan 30 derajat dari sumbu axisnya (lihat gambar di dibawah). kesemuanya bertujuan untuk memberikan informasi se jelas jelasnya, termasuk pula dalam isometric drawing sebaiknya menampilkan semua informasi yang dibutuhkan untuk fabrikasi ataupun konstruksi.

pandangan isometrik
Sebuah isometric drawing biasanya hanya menampilan garis, sebagai symbol dari pipa. Yang letak garis itu adalah centerline dari pipa. Oleh karena Cuma garis, kita harus hapal symbol symbol yang digunakan dalam pempiaan, supaya lebih mudah memahami isometric drawing.


Bagian bagian piping isometrik drawing

contoh piping isometrik drawing
contoh piping isometrik drawing
Sebuah isometric drawing akan dilengkapi dengan line (nomer jalur dari pipa) berdasarkan line list dari satu ekuipment ke ekuipment yang lain. Isometrik juga sebaiknya memuat informasi berikut ini :
  1. North Plant – arah utara sebaiknya di sebutkan, sehingga isometric nantinya bisa di cek dengan GA drawingnya. Dan ketika di lapangan, akan memudahkan pemasangan dan pengecekan.
  2. Dimensi (ukuran) dan sudutnya – harus tertera pada isometric, sehingga orang stress pun tau jarak pipanya berapa dan andaipun membentuk sudut, kita tau pula sudutnya berapa.
  3. Reference number dari PID (piping instrument diagram), GA drawing, line numbers, arah aliran fluidanya, insluasi dan tracingnya semuanya harus ada pada isometric.
  4. Lokasi & nama Equipment – tujuannya supaya nanti bisa di cocokan dengan mechanical, lokasinya biasanya berbentuk koordinat sedangkan namanya biasanya merupakan nomer dari ekuipment. Kadang tidak hanya ekuipment, support sekelas trunion perlu di beri nama dan lokasinya.
  5. Nozzle indetification – maksudnya nozzelnya itu nozel yang mana, harus jelas N berapa dari ekuipment tersebut. Sehingga bisa di cek juga pada GA drawing mechanical.
  6. Ukuran dan tipe valve/ Serta arah operasinya – ini juga penting, valvenya berapa inc dan tipenya apa, pun harus di sebutkan. Soalnya kadang kala, ada valve yang ukurannya lebih kecil dari pipa utama dan itu biasanya di koneksikan dengan reducer, jadi berapa inc ukurannya harus di sertakan. Untuk arah operasi (seperti telah di sebutkan nomer 3), kita harus tau fluida itu akan di alirkan kemana nantinya, jadi sewaktu pemasangan control valve atau check valve, tidak terbalik.
  7. Field weld – las lasan yang akan di pakai saat dilapangan, perlu di sertakan tandanya. Bisa pula dengan mengunakan note. Setau saya, banyaknya las lasan ini juga di hitung sebagai ongkos konstruksi nantinya.
  8. Bill of material – tidak semua perlu untuk di sebutkan harga materialnya, tapi paling tidak materialnya apa saja yang ada di dalam isometric drawing perlu di sertakan, tujuannya nantinya untuk perhitungan dan pemesanan material oleh departement purchashing

pandangan isometrik dalam drawing
Dewasa ini, isometric drawing memang lebih mudah dengan bantuan software. Biasanya langsung di ekstrak dari PDMS, tapi anda pun harus memahami isometric itu apa dan bagian apa saja yang perlu di perhatikan.

Dulu saya pernah mengalami untuk isometric drawing piping, saya buat manual dari autocad. Waktu itu mengerjakan pipeline, jadi harus satu persatu saya cek setiap detailnya. Merepotkan sebenarnya, tapi saya jadi tau seperti apa itu isometric dan bagian bagiannya.

Terlebih lagi, waktu itu proyek yang saya kerjakan mengharuskan pipa di galvanize, dan kita harus mengikuti kotak atau bak tempat galvanize. Jadi setiap sambungan yang nantinya saya tuliskan di isometric perlu di pertimbangkan agar tidak melebihi kotaknya, jadi saya harus mikir benar benar agar penulisan isometric tidak salah. Benar benar jadi pengalaman berharga untuk memahami sebuah piping isometric drawing.

Mengenal Wind and Seismic Load

Perhitungan wind and seismic load biasanya digunakan manakala ekuipment memiliki ketinggian di atas 10 m dari permukaan tanah. Pada dasarnya, beban wind atau seismic masuk dalam kategori beban occasional. Apa maksudnya occasional? Kalau di terjemahkan secara Bahasa, occasional adalah jarang atau kadang kadang. Ya, karena beban wind dan seismic bukan terjadi setiap saat, hanya di perhitungkan sebagai bagian kecil beban yang kalau di presentasikan kira kira 1-10 persen dari waktu keseluruhan operasi plan.

Beban wind dan seismic ini memang di perhitungkan sebagai beban yang tidak selalu terjadi, namun perlu diperhitungkan kalau kalau suatu saat terjadi, sehingga semua system dalam keadaan aman. Beban wind biasanya di kenakan pada Vertical vessel atau coloumn, atau ketika pipa conect ke ekuipement tersebut dan tingginya telah mencapai batas yang di syaratkan, maka kita perlu memperhitungkan wind dan seismic loadnya.

Ilustrasi gempa dengan kekuatan skala richter
Untuk pipa yang mengharuskan dihitung wind nya biasanya telah ada di project specification atau job procedure. Berikut merupakan contoh pipa yang perlu dihitung windnya yaitu bila kondisinya :
  1. Pipa yang sama atau lebih besar dari 14” (termasuk insulasi) dan tinggunya 10 meter dari FGL (finished ground leverl)
  2. Pipa berapapun yang tingginya 25m dari FGL
Untuk perhitungan wind atau seismic load, kita biasanya mengacu pada dua standard :
  1. ASCE 7-95 (formerly ANSI A58.1)
  2. Uniform Building Code (UBC)
Pada column, perhitungan wind load dibutuhkan untuk menentukan gaya dan moment setiap elevasi dan akhirnya memeriksa kalkulasi untuk ketebalan shell apakah cukup atau tidak. Perhitungan wind juga di perlukan nantinya untuk menghitung moment, yang akhirnya kita dapat menentukan desain untuk anchor bolts, baik itu seberapa ukurannya dan juga seberapa besar bolt yang digunakan. Dari situ pula kita bisa menentukan ketebalan skirt, ukuran legs, dan ketebalan dari baseplatenya.

Berbeda dengan seismic, wind load boleh dibilang konstan, sedangkan untuk seismic diperhitungkan untuk waktu yang singkat. Ya logis aja kan, mana mungkin gempa bumi (seismic) terjadi lama sekali, biasanya gempa terjadi cepat, nah tinggal efek dari gempa itu seperti apa.

catergori structure for seismic and wind load
Kemudian, untuk wind biasanya besarnya pun akan berbeda, tergantung ketinggianya. Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon, semakin tinggi angina menerpanya. Ya seperti itulah efek dari wind, semakin tinggi vesselnya maka semakin besar efek dari windloadnya.

Piping yang diletakan di luar, yang biasanya terkena angin telah di rencanakan untuk tahan terhadap maksimum kecepatan angin selama operasi plan. Besarnya wind velocity (kecepatann angin) tergantung dari kondisi local, biasanya telah di estimate (dikira kira) berdasarkan data.

Karena besarnya efek wind load berbeda terhadap ketinggian, disamping itu karena arah dari wind load ini tidak bisa di pastikan. Biasanya permodelan atau perhitungan mengenai windload di modelkan sebagai uniform load, yang mengarah secara pararel dari sumbu datangnya angin.

Perhitungan itu, secara ekssak berdasar persamaan benoli adalah :

persamaan wind load untuk seismic and wind load
Kita juga perlu memperhitugakan kondisi terburuk, baik untuk wind atau seisimic. Namun tidak pernah keduanya di gabung menjadi satu, misalnya pada saat ada angin juga ada gempa. Namun untuk perhitungan analisa pipa, biasanya tetap ada kondisi terburuk Antara wind dan seismic, dua duanya bekerja bersaaman.

Memahami Saddle Horizontal Pressure Vessel

Saddle adalah jenis support yang menyangga dalam horizontal vessel. Saddle biasanya terdiri dari dua bagian kanan dan kiri yang simetris, jaraknya biasanya 1/5 (0.2) dari tanggen line. Jadi kalau vessel itu kita anggap satu bagian dari tanggen ke tanggen line, 1/5 jarak dari tangen line terluar adalah saddle (di dalam ilustrasi di tunjukan oleh huruf A), kemudian jarak antar saddlenya adalah 3/5 (Eugene f. Megyesy)

jarak saddle dari tangen line vessel
Saddle memiliki contac angle minimum 120 derajat (simbol teta pada gambar), kecuali untuk vessel vessel kecil. Jarak yang 120 derajat inilah yang nantinya akan di konversi untuk menyesuaikan panjang minimum baseplate. Lalu apakah baseplate itu? Saya pernah menyingungnya di istilah istilah dalam vessel, tapi saya uraikan kembali. Baseplate adalah bagian dari saddle yang letaknya paling bawah, ia akan terhubung oleh anchor bolt yang berfungsi untuk menguatkan vessel pada pondasi.

Bagian bagian saddle horizontal vessel

Bagian bagian saddle horizontal vessel
Selain baseplate, saddle terdiri dari beberapa plat lagi yang menyusunnya sehingga dapat membentuk support untuk horizontal vessel ini. Antara lain
  1. Wear plate adalah plat saddle yang menempel pada shell, semacam penghubung Antara saddle dengan vesselnya. Wear plate ini umumnya materialnya sama dengan vessel, sedangkan bahan lain dari saddle dapat saja berlainan. Misalnya, untuk vessel materialnya SA 516 Gr 70, maka wear plate ini materialnya juga SA 516 Gr 70.
  2. Rib Plate adalah plat yang menyangga langgsung si vessel dalam saddle, posisinya vertical pararel dengan sumbu vessel. Rib kalau di artikan secara Bahasa artinya rusuk, karena memang fungsinya seperti rusuk, sebagai penyangga. Jumlah rib plate bervariasi dalam satu vessel, biasanya sudah ada standarnya.
  3. Web plate adalah sisi bagian belakang dari rib plate, sebagai penutup. Berbeda dengan wear plate, untuk rib plate, web plate ataupun base plate terkadang materialnya tidak sama dengan vessel. Biasanya ia menggunakan material yang memang tidak untuk pressure tinggi, contohnya material SA283 gr C untuk Carbon stell.
Adakalanya saddle tidak mampu untuk menahan beban yang terlalu tinggi dari pressure setelah di lakukan perhitungan melalui simulator, biasanya digunakan software sekelas PV-elit. Daripada ukuran saddle di besarkan yang mengakibatakan ketidak efektifan, kadang saddle dilengkapi dengan stiffenering. stiffenering tersebut biasanya di pasang melingkari shell dan saddle.

Pertimbangan Slotted hole

Kemudian permasalahan yang patut di perhitungkan adalah masalah expansi. Seperti kita tau, setiap logam akan berekspansi kalau terkena panas, dan menyusut kalau dingin. Kalau nilai expansi ini tidak benar benar di perhitungkan dalam vessel, bisa bisa vessel akan fail seperti ilustrasi berikut ini.

ilustrasi kesalahan pemasangan slotted hole vessel
Untuk mengakomodir nilai ekspansi dari vessel, biasanya pada saddle di buat slot pada satu sisi baseplatenya, yang kita namakan sliding side. Sedangkan sisi lain, biasanya dibuat permanen alias tanpa slot. Dan yang lebih penting lagi, kita harus tau operasional vessel ini. Vessel akan di operasikan hot condition atau cold condition, kalau salah merancang slot hole bisa bisa lebih parah daripada tidak mengunakan slot hole, karena sama sama tidak mampu mengakomodir expansi dari vessel.

Untuk perhitungan detail setiap bagian dari saddle, saya tidak menyertakan di sini karena memang saya belum ahli di dalamnya. Disamping itu, biasanya sudah ada standard yang mengatur masalah tersebut jadi anda tinggal membukanya, silahkan memperlajari kembali mengenai saddle dalam horizontal vessel.

Seperti Apa Pekerjaan Piping Engineer

Piping engineer adalah seseorang yang melakukan proses perancangan dan analisa terhadap pipa serta komponennya berdasarkan disiplin ilmu yang berkaitan dengannya. Menurut saya, piping adalah department yang paling banyak ilmunya, karena ia akan berkaitan dengan departemen departemen lainya secara langsung.

Seperti pernah disinggung sebelumnya dalam sejarah dan teori dasar pemipaan, bahwa piping adalah urat nadi dari sebuah system. Oleh Karen piping merupakan urat nadi, departemen piping juga paling banyak musuhnya. Musuh gimana?

Seperti Apa Pekerjaan Piping Engineer
Maksunya ia akan banyak bersingungan dengan departemen lain secara langsung, biasanya tinggal nanti kuat kuatan argument terhadap konsep masaing masing. Dan disinilah menariknya dunia EPC, ia selalu banyak masalah dan darinya kita akan banyak belajar mengenai problem solving.

Dalam piping kita akan mempelajari PID, dimana piping and instrument diagaram adalah kerjaan nya orang proses yang banyak di isi orang tehnik kimia, jadi kita belajar kimia. Kita juga belajar mechanical, karena pipa akan bersingungan dengan ekuipment artinya kita harus tau mengenai mechanical pula. dengan sipil, pipa pun akan di letakan di structure (platform atau pipe rack) yang artinya kita belajar dari sipil. Begitu juga dengan elektrik dan lain seagainya. jadi kita akan belajar banyak hal di piping departement.  

Di dalam departemen piping, biasanya akan di bagi menjadi beberapa bagian lagi. Antaranya yaitu :
1. Piping Material
2. Piping Stress analysis
3. Piping Support
4. Piping Design

Disini yang perlu di tekankan, Antara engineer dan designer itu berbeda. kalau engineer, istilah lengkapnya piping engineer, tugas utamanya biasanya menghitung. Ia yang nantinya menghitung dan menganalisa apakah si piping (atau supportnya) itu kuat atau aman.

Sedangkan kan designer tugas utamanya adalah merancang, ia yang membuat rancangan yang merupakan penerjemahan dari PID yang telah di tentukan. Biasanya, seorang designer akan menentukan jalur pipanya, istilahnya rootingnya dari mana kemana dan menggunakan komponen apa saja. Setelah rootingan selesai oleh designer, biasanya diserahkan ke stress engineer untuk di hitung apakah si pipa itu aman.

Rooting pipa yang telah di tentukan oleh designer biasanya telah di pertimbangkan keamanannya, aksesnya, dan maintenancenya serta pertimbangan lainnya. Aturan aturan itulah yang menjadi guide bagi designer untuk menentukan arah pipanya, sedangkan stress engineer biasanya tidak terlalu paham hal hal tesebut.

Dilain pihak, stress engineerlah yang menentukan pipa yang tadinya telah di rancang, apakah boleh diteruskan dengan pertimbangan kekuatannya, perlu sedikit penambahan support atau kalau perlu diganti rootingnya. Disini seperti dua belah pihak yang saling membutuhkan, si designer merancang dan si pipe engineer menghitung.

Lulusan untuk Piping Engineer

Sebuah pertanyaan sederhana, diisi dari jurusan manakah piping engineer itu? Sekarang coba kita lihat, kalau mechanical engineer jelas dia dari tehnik mesin. Kalau electric engineer, jelas dari tehnik elektro, begitu pula civil ataupun chemical yang mengurus PID. Semua departemen tersebut jelas diisi oleh lulusan di bidangnya.

Sekarang yang jadi pertanyaan, darimana lulusan piping engineer? Sebenarnya tidak ada patokan untuk piping engineer ia harus dari mana. Di perusahaan saya, piping engineer diisi oleh orang dari mesin, tehnik perkapalan dan tehnik material. Yang jelas, mereka mereka itu harus paham ilmu mekanika karena nantinya banyak digunakan kaidah mekanik untuk menentukan keamanan pada pipanya.

Tugas Piping Material Engineer

Tugas Piping Material Engineer
Piping material biasanya menyusun tentang spesifikasi material pada pipa yang akan digunakan. Data dari piping material ini bisa di sebut dengan PMC (piping material class), yang nantinya digunakan baik oleh designer untuk merancang atau engineer untuk menghitung. Piping material biasanya terdiri dari lulusan tehnik material, atau bisa juga di isi oleh orang dari tehnik mesin.

Tugas Piping Stress Analys

Tugas Piping Stress Analys
Untuk tugas piping stress analys pada intinya adalah memastikan kalau system tersebut aman, sesuai kode dan standar. Biasanya untuk melakukan stress analys pada suatu system pemipaan, seorang stress engineer mengunakan alat bantu berupa software. Software yang umum digunakan adalah Caesar, walau ada pula yang mengunakan autopipe dan software sejenis.

Apa saja yang dilakukan pipe stress analysis, saya pernah membahasnya di tugas piping stress analys

Tugas Piping Designer

Seperti di singung sebelumnya, kalau seorang piping designer adalah orang yang bertugas untuk merancang system pemipaan. Maka seorang piping design akan berkutat dengan PDMS, software yang mempermudah dalam perancanaan. PDMS adalah Sebuah software yang digunakan untuk merancang dan mendesain piping system, termasuk pula ekuipmentnya dan area sekitarnya, yang hasilnya berupa gambar 3D. PDMS adalah singkatan dari Plant design managemen system, sebuah software yang terintegrasi dengan berbagai macam disiplin (atau department) yang nantinya akan menampilkan rancangan dari konsep yang telah dibuat.

navis yang digunakan oleh piping designer
PDMS ini sangat memudahkan, nantinya si piping engineer atau designer tidak lagi perlu membuat isometric piping drawing, karena tinggal meng ekstrak dari PDMS. Untuk electrical, sipil dan beberapa department lainya juga bisa ikut melengkapi rancangan plant tersebut. Bahkan, segi keamanan atau safety bisa di lihat dari hasil yang telah di tuangkan lewat PDMS, yang hasil akhirnya berbentuk file navis. Dari navis ini departement lain bisa melihat dan menjadi pertimbangan dalam perancangan kerjaannya dan nantinya klient pun dapat menilai apakah perlu ada perubahan dari konsep yang telah di tawarkan oleh piping ini.

Tugas Piping Designer
Seorang piping design, dalam mendesign system pemipaan tidak seneak udelnya sendiri, mereka pun harus mengikuti beberapa pertimbangan yang telah saya bahas di pertimbagan dalam mendesain pipa. Tujuannya disamping agar fungsi dari sistem pemipaan itu dapat bekerja, faktor keaman menjadi pertimbangan utama. Dan itu pula yang nantinya akan di wanti wanti oleh si client selaku pemilik plant dari perencanaan pemipaan yang kita buat di PDMS.

Kurang lebih, itulah sedikit penjelasan mengenai pekerjaan dari seorang piping engineer yang pada dasarnya terdiri dari berbagai macam bagian. Semoga ini dapat menjelaskan dan memberikan gambaran mengenai pekerjaan piping engineer.